100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 16 Terror Lereng Merapi Bagian 2 )



Nama bapak itu bapak jemino, sedangkan nama ibu itu adalah ibu yati… dan begitu saya bertatapan mata dengan mereka saya tau, mereka bukan manusia!, saya melihat beberapa orang di belakang jendela rumah mereka, dan kamu tau? mereka semua dikampung ini, semuanya bukan manusia…. *
.
Saya bingung apa yang harus saya lakukan, kami berharap yang kami temukan adalah perkampungan penduduk agar kami bisa meminta pertolongan, tapi justru kami terjebak di sebuah perkampungan jin…
keringat mulai mengucur lagi, saya sudah lama tidak mengalami ketakutan yang demikian, sungguh sebuah kejadian yang kali ini pertama kali menimpaku, ditambah kenyataan saya sedang bersama teman2ku yang tidak tau apa2… ohh tuhannnnn…
pasangan orang tua itu nampak melihat luka dari irawan dan susi, saya hanya terdiam… mulut saya kaku, saya ingin langsung menanyai 2 pasangan itu, sebenarnya siapa sejatinya mereka.. tapi saya tidak bisa melakukan apa2, saya terlalu lelah.. bahkan untuk berdiri kakiku sudah gemetaran, amalan penangkal dan pelindung makhluk halusku pun tidak akan berfungsi jika tenaga saya sudah terkuras seperti ini, rasa takuut itu kembali saat saya melihat wujud asli mereka, 2 orang wujud manusia dengan wajah putih yang sangat pucat, mata mereka menghitam dengan gigi yang sudah tidak ada lagi dan hanya memperlihatkan gusi mereka yang berwarna ungu…. tapiii,,, teman2 saya ditolong oleh mereka, dan saya masih curiga, saya awasi tiap gerakan dari orang tua itu,,, teman2ku berbicara sekedar basa basi dengan menanyakan lokasi ini dimana, dan makhluk yang bernama pak jemino itu hanya berkata “kalian di lereng merapi”



Pak jemino : “kalian gak bisa jalan, besok kami bantu kalian pulang, atau buat ngabari guru kalian ya, sekarang ngnep dulu saja dirumah kam, nanti makan sama minum. sekalian biar dipijet sama diobati sama mbok yati ya “
tampak wajah teman2ku lega, mereka terlihat senang karena merasa terror dan kesialan ini akan berakhir.. tapi tidak bagiku, saya ketakutan sekali, dan sialnya saya tidak bisa berbuat apa2 selain diam dan berdoa memohon petunjuk Allah.
temanku memperkenalkan dirinya masing2 sambil menyalami 2 sosok didepanku, mereka tidak sadar bahwa yang mereka salami bukan manusia, saya tidak menyalami mereka, saya terrduduk diam dan lemas ekspresi wajahku mungkin akan menunjukan wajah ketegangan…
Irawan : “dia namanya rizal pak, maaf mungkin kecapean jadi bengong terus” ujar rizal yang berusaha sopan.
Bu Yati : “ohhh nak rizal ya, hehehe” orangtua itu terkekeh, teman2 saya yang lain tampak senyum2 saja, tapi suara itu membuat saya merinding ngeri.. “ayo zalll, lama bisa bahaya disini” saya membatin.. saya berusaha berdiri.. bruukkk lagi2 saya terjatuh terduduk.. nampaknya saya sudah mencapai baatas karena menggunakan ilmu batin saya sejak petang tadi ditambah setamina saya terkuras untuk medaki, berlari dan menggendon susi.
Pak jemino :”kamu gakpopo le?, kalo susah berdiri nanti saya papah”
Saya :”egak pak, makasih saya masih kuat jalan”kataku sambil memandang 2 makhluk itu,
Pak jemino :”hehehe, yowis kalo kuat le, semoga kamu kuat sampe besok” makhluk jadi2an itu terkekeh, dan kata2nya barusan yang penuh arti dan tanda tanya, dan semakin membuatku bergidik ngeri….
saya memutuskan untuk mengikuti permainan dari 2 makhluk itu, sudah buntu rasanya pikiranku, saya tidak akan menyerah kalau akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, saya akan terus curiga dan mengawasi apa yang sebenarnya terjadi, dan saya memilih jalan terbaik untuk saat itu, yaitu pasrah mengikuti mereka, paling tidak itu bisa mengulur waktu untuk memikirkan rencana dan kalau saya tidak punya rencana apa2 paling tidak itu akan membuat kami bisa hidup lebih lama walaupun hanya sebentar…

…..
kami berjalan dengan lemas menuju sebuah “rumah” dari dua orang tua itu, sepanjang jalan saya melihat warga yang bukan manusia tentunya. mereka saling menegur rombongan kami, sekedar menanyakan siapa kami dan apa yang terjadi ” pintar betul mereka, benar2 cerdik” batinku dalam hati, saya melihat wujud2 aneh dari wujud asli warga di kampung itu, ada yang berujud siluman dengan wajah kera dan tubuh perempuan muda, beberapa poocong, beberapa gendruwo, dan beberapa tulang manusia utuh yang biasa disebut jrangkong, saya menahan gejolak rasa takutku, bahkan mereka lebih kuat dari makhluk2 yang mengganggu kami tadi..
akhirnya kami sampai kesebuah rumah, cukup bagus untuk ukuran rumah makhluk halus, mereka menipu kami dengan rumah yang benar2 seperti rumah pada umumnya, kami diminta duduk diruang tamu,
Pak jemino :”sebentar ya, bapak ambil obat urut dulu, kalian istirahat aja sebentar, bunee buatin minum sama sekalian makananya” dan kedua orangtua itu berlalu dan menuju dapur mungkin, dapur yang mungkin berisi jasad korban mereka sebelumnya.. saya melihat teman2ku, keadaan mereka amburadul sepertiku tapi terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya…
irawwan mengeluarkan ht dari sakunya, ohh ht itu masih terbawa olehnya, saya berpikir keras, untuk kabur sambil membawa teman2ku, apakah ada kesempatan mungkin hanya ini, kalau kami tetap disini entah apa yang akan terjadi, tapi jika kami kabur entah apa juga yang akan terjadi pikirku kelu. barusaja ingin mengatakan sesuatu pak jemino sudah ada diruangan kami, degggg,, apa yang akan tterjadi..
orangtua itu membawa sebuah botol, dan beberapa pakaian, dia menyerahkan kepada kami.
Pak jemino : “ini kalian ganti baju dulu ya, pakaianya sederhana gapopo to, dari pada kedinginan.. ini pakaian milik kedua almarhum anak saya” ujarnya dengan nada suara datar, teman2ku langsung menerimanya dan mengganti pakian di ruangan yang disediakan.. kecuali saya, saya terduduk mematung dan berada satu ruang sendirian dengan makhluk yang mengaku pak jemino itu, dan disusul manusia jadi2an bernama bu yati, sambil membawa satu nampan penuh berisi makanan dan minuman..
Saya :”hebat kalian, benar2 cerdik… apakah kalian penguasa disini” kataku pada mereka,
Pak jemino : “hahaha, kamu memang anak pilihan, secepat itu tau, bahkan seorang yang berilmu tinggi belum tentu bisa membedakan kami” ujarnya pelan..
Saya : “apa maksud kalian?, jika memang mau mengakhiri kami, maka akhiri dengan cepat” ujarku dengan nada tinggi tapi pelan.
Bu yati : “ikuti saja yo lee” wanita tua itu menimpaliku..
baru saja mau menanggapi bicara dengan mereka teman2ku sudah keluar dari kamar.. saya hanya bisa mengunci mulutku rapat2.
Bu yati : “nahhh, ayo makan sik, laper sama haus to kaliannn sekarang ayo makan bareng2” ujar wanita itu,
dann kami sudah berada di sebuah meja makan dengan makanan dan minuman sudah tersaji didepan kami.
Bu yati : “wiss ayo, diminum, disini simbok sama bapak cuma makan hasil bumi, kayak jagung, telo.. tapi dimakan ya”
Irawan :”makasih sekali pak buk, ini sudah cukup, kami berterimakasih sudah ditolong” ujar irawan menimpali dengan sopan… teman2ku langsung menenggak minuman itu banyak2, kami memang sangat kehausan.. tak terkecuali saya, saya haus tapi ragu dengan apa yang disajikan, saya hanya menatap gelas didepan saya “aneh” batinku dalam hati..
ini air minum biasa, bukan darah cemani atau darah burung gagak seperti yang biasa makhluk halus lainya minum..
Pak jemino : “nak rizal, jangan bengong silahkan diminum gak usah takut semua yang tersaji ini hallal”
deggg… sebersit aura.. dan tampaknya anggapan saya salah tentang mereka.. aura ini positif, sama seperti aura milik sari… dan suara itu tidak terdengar menyeramkan…
Ani :”zallll.. udah dipersilahinnn ayokkk lah menghargai bapak sama ibu jemino” ujar ani mengagetkanku…
Saya mengangguk, dan meminum air itu.. benar2 biasa dan malah sangat segar batinku,, saya berusaha tidak curiga dan nekat menyantap apa yang tersaji di depanku,,,
selama makan pak jemino menceritakan desa ini, desa ini namanya desa xxxxxx. saya tidak pernah mendengar nama itu, saya yakin hanya dibuat2. dia menceritakan kehidupan disini dan mengatakan bahwa dia adalah lurah, dan saya yakin mereka adalah penguasa disini, mereka juga menceritakan keluarga mereka dan almarhum putra putri mereka, beberapa nasihat juga di sampaikan kepada kami seperti mengenai ibadah, berdoa, belajar dll. mereka tampak seperti benar2 manusia dan orangtua yang ramah..
makan malam itu kami cukupkan, irawan meminta izin untuk mengecas baterai ht..
setelah itu irawan dan susi masing diobati lukanya dan dipijat, ani dan dina juga sama karena banyak sekali luka lecet mereka.. terkecuali saya, saya hanya membisu sambil memperhatikan mereka..
dan setelah selesai kami dipersilahkan istirahat, besok pagi kami akan dibantu untuk bertemu dengan rombongan kami…
kami sudah berada disebuah kamar, irawan dan saya tidur di sebuah kamar dengan kasur tua,
sedangkan 3 cewek lainya berda di kamar sebelahnya.. terlihat irawan masih syok,, saya tidak ingin mengatakan hal yang membuatnya takut. dia sudah tiduran dan tidak berselang lama nampaknya dia benar2 terlelap karena kelelahan…
saya keluar kamar, dan menutup pintunya, saya mencari 2 makhluk itu…
dan mereka sudah duduk berhadapan di meja makan yang kami gunakan tadi, mereka sudah berujud asli mereka, wujud pucat mereka…
“saya meminta penjelasan kalian, kenapa kalian menolong kami?”
Bu yati : “kamu beragama kan le?, harusnya kamu tau tidak semua bangsa kami jahat”
Pak jemino : “kamu anak emas, dan kalau gak ada kamu mungkin teman2mu sudah mati lemas di hutan, bersama jin hitam itu”
Saya :”jadi??, kalian tidak bermaksud buruk pada kami?”
Pak jemino : “tentu saja tidak, kami juga jin muslim, saya penguasa disini, dan kamu dan teman2mu tidak akan di ganggu”
Saya : “maaf ya, saya hanya belum bisa percaya tadi”
Bu yati ; “tidak masalah, kamu melakukan hal yang benar”
Saya :”dan bagaimana kami kembali? dimana ini sebenarnya?”
Pak jemino :”kamu berada di tengah alas, ini adalah kerajaan merapi, saya adalah lurah yang berkuasa di daerah ini, beruntung kalian bertemu jin putihan seperti kami…
dulunya ini adalah perkampungan pendduk yang ditinggalkan karena letusan merapi tahun 1800an, kami memakai tempat ini untuk tinggal, dan cara untuk kamu pulang besokk.. kamu akan segera tau” kata pak jemino yang melayang mendekatiku, dia menyentuh keningku dan……..
saya tidak ingat apapun karena seperti pingsan rasanya.
.
.
“rizallllll…. rizalllllllll… uhh rizalll kamu kenapa!” terdengar suara perempuan yang kukenal, saya terbangun gara2 tepukan dipipku..
pusing, dan dingin itu yang pertama saya rasakan..
Saya : “risa?, loh kok?” saya bingung dan memandang kesekeliling, tampak hanya hamparan luas bebatuan dan pasir.
risa memelukuu, saya masih bingung, teman2ku dari kelompok lain berdatangan….
Saya :”dimana ini?, irawan,dina,susi,ani dimana mereka???, mereka gak kenapa2 kan?” ucapku yang sangat khawatir dengan mereke..
semua terdiam, instrukturku datang… namanya pak bambang
Pak bambang :”rizal, syukur kamu selamat, dari mana aja kalian?, apa yang terjadi?, dimana temen2mu?”
pak bambang memburuku dengan pertanyaan, saya malah bingung sendii, berusaha mengingat kejadian malam itu. dan saya sontak berdiri, ahhh sakit sekali kakiku… saya menoleh kiri kanan..
Saya : “pak kita harus nyari yang lain, saya jelaskan nanti pak!” ucapku dengan sempoyongan, baru saja berjalan beberapa detik kemudian seorang seniorku berteriak dairi kejauhan
“pakkk!!! meereka ketemu!, mereka disini semua” katanya sambil teriakk keras..
saya berlari dengan kaki yang sangat sakit, rasa takut akan keselamatan teman2ku menjalar ke tubuhku yang baru bangunnnn..
“dimana mas?” tanyaku pada seniorku..
“di..disana, aku gak berani liat” dia tampak takut sekali, saya berlari kearah yang ditunjuknya….
dan..
“astaghfirullah” batinku, saya melihat mereka terlentang di hamparan pasir dan batu,
tapi yang palin menakutkan, mereka semua terbungkus kain kafan!!!.. apaa ini? kenapa, saya tidak peduli, saya menghampiri mereka, ini irawann…
saya memeriksa nafasnya, dannn… dia masih bernafas… mereka selamat..”alhamdulillah,” ucapku bersyukur, mereka semua selamat, nampaknya hanya tertidur sepertiku tadi, saya melihat setumpuk pakaian yang tergeletak di tanah, dan sebuah ht, saya membuka kain kafan irawan, dia telanjang… ternyata ini yg membuat mereka dalam keadaan terkafani kecuali saya, baju yang diberikan pak jemino, mereka semua memakainya kecuali saya..
teman2ku yg lain datang mereka juga tampak terkejut dan ketakutan..
“mereka gak papa, mereka cuma pingsan. tolong bantu dina,susi sama ani, mereka gak berpakaian, itu pakaian mereka, tolong ya yang cewek.. hati2 kaki susi terluka” ucapku berseruuu
pak bambang berjongkok disebelahku.
“apa yang kalian alami rizal?, sesuatu yang gak masuk akal?”
saya hanya mengangguk dan berusaha membangunkan irawan
dan dia membuka mata dengan terkejut melihat sekeliling, begitu juga ketiga cewek yang lainn.. mereka tampak ketakutan mereka terbangun di tempat yang berbeda ri tempat mereka tidur semalam. dan mereka juga kaget karena mereka saat bangun sudah memakai kain kafan..
3 cewek itu digendong teman cewek yang lain untuk berganti baju, irawan juga sangat syok dengan kejadian ini..
“zal??, kamu tau?” tanyanya dengan gemetar.
“ya aku tau semuanya wan, aku tau, dan nanti akan kujelaskan sama kalian”
.
.
hari itu uga kami dibawa pulang tidak ada yang berani bertanya tentang apa yang menimpa kami semalam.
bahkan mungkin teman2ku juga terlalu takut untuk menceritakanya kembali,,
kami ditandu dan dibawa turun gunung, sepintas diperjalanan saya melihat pak jemino dan ibu yati yang melambaikan tangan kepadaku.
saat kami tidur ternyata kami dipindahkan dari tidur kami, kami dibawa ke dekat perkemahan kru penyelamat di pasar bubrah
.
.
dan sejak saat itu saya berfikir 2 x untuk naik gunung lagi..


Sumber Kaskus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Best Dating Sites
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Top Profiles
Siska Media di TikTok
10.0/10
Siska Media di TikTok
Channel Siska Media di Youtube
10.0/10
Channel Siska Media di Youtube