100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 12 Lubang Kesedihan )




Bulan mei 2004, huamm.. adalah pengumuman kelulusanku, sebuah notification yang menentukan langkah awalku menuju masa depan.. Bapak pulang ke jogja hanya satu minggu, hanya untuk mengambil hasil ujian dan kelulusanku, dan bapak harus segera kembali ke banda aceh mengemban tugas sebagai satgas anti terror, intelejen atau apalah saya gak ngerti..
singkatnya saya lulus dengan predikat juara umum, dari 4 mapel yang diujikan saya mendapat nilai masing-asing, 9, 10, 10, 10 . dan dibawah peringkatku persis ada Risa dengan selisih total nilai 0,25. artinya saya hanya unggul 1 jawabaan lebih benar dari pada risa.. hemmm itu mengakhiri rivalitas indeks prestasiku dengan risa. Yeeesss ! emoticon-Big Grin.
“buk, terimakasih doa ibuk dari sana membuat rizal lulus dengan nilai baik” saya membatin sambil menengadah keatas…
saya merayakan hari bahagia itu dengan teman2,, kami bersorak seolah ini lah akhir dan awal dari pendidikan kami… kami saling berjabat tangan dan berpelukan, sedikit berbicara tentang rencana kami kedepan. dan setelah euforia sedikit mereda teman2 kelasku berkumpul, sekedar berdoa bersama, untuk jalan kami kedepan, dan membuat sebuah janji bahwa kami akan terus menjadi teman sampai kapanpun, jika ada 1 orang sakit atau susah segera kabari 1 sama lain, dan sebisa mungkin kita saling bahu membahu membantu bersama. kominaksi akan tetap terjalin selama kita masih bisa berhubunga. kala itu kami berjanji jika suatu saat ada reuni. kita akan bertukar kisah sukses kami..
.



“kamu bakalan nerusin kemana zal?, apa mau ikut bapakmu ke Aceh?” kata risa yang mengaggetkanku.
Saya : “aku belum tau ris, aku sebulan di tinggal bapak dan aku kerepotan dirumah sendiri, gak tau juga tanggepan bapak gimana, nanti aku nurut bapak aja”
Risa :”semoga kamu tetep disini ya zal, dan semoga besok kamu satu sekolah lagi sama aku” wajah risa tampak resah..
Saya : “kita akan selalu bersama ris, disini” saya menunjuk dada saya.
Risa : “kamu masih seumuran sama aku tp kok keliatanya jauhhh lebih dewasa ya zal pemikiranmu?, itu yang kusuka dari kamu”
saya : emoticon-Smilie
.
minggu malam, adalah hari terakhir bapak berada dirumah, beliau tampak menikmati betul suasana rumah sambil menghisap dalam2 rokok filternya..
Bapak :”rizall.. sini le”
Saya : “iya pak”
Bapak : “sudah kamu putuskan yang kita bicarakan tadi pagi?”
saya : “sudah pak”
bapak : “lalu?”
Saya : “rizal pilih tinggal pak, rizal suka di jogja, disini rizal lebih gampang dapet temen, kalau di aceh rizal harus mulai dari awal lagi, bapak gak usah khawatir, rizal bisa kok ngurus rumah sendiri, kan anakmu ini uda mau masuk sma pak, rizal juga bisa masak sendiri pak, yang jelas cuma kirimanya aja jangan sampe telat. hhehe”
Bapak :”bapak bangga sama kamu nak, ya semenjak ibumu pergi kamu memang harus bisa hidup mandiri, kamu gak boleh manja, suatu saat bapak juga akan nyusul ibumu, dan kamu harus siap”.. bapak menghembuskan asap dari hidungnya dan berbicara lagi “disini perkembanganmu pesat le, emosi dan batin kamu stabil, meskipun bapak juga tau itu tidak akan merubah takdirmu sebagai anak istimewa, kamu juga udah punya banyak teman kan?,prestasimu bagus dan sangat membanggakan, trus kamu udah punya pacar belum?” kata bapak sambil terkekeh2.
Saya : “apa to paakk.. belum kepikiran aku pak “
Bapak :”hahahaha, ya punya pacar gapapa kok le “
bapak dan saya ngobol banyak sekali, mulai dari ceritaku liburan di semarang, ke SMA mana aku kan melanjutkan sekolah, dan niatku untuk melanjutkan pendidikan kuliah jurusan kedokteran. ya Dokter saya masih konsisten dengan jawaban dari pertanyaan “Apa cita2 kamu?” saat masih di tk. dan kala itu saya menjawab dengan lantang. “Rizal mau jadi dokter”, dan jawaban saya itu masih saya jaga sampai sekarang. bapak hanya tersenyum mengiyakan “apa pun itu le, jalanmu yg menentukan kamu sendiri, kalau mau sekolah kedokteran ya harus rajin belajar, bapak juga sudah nabung buat kamu besok” beliau mencukupkan obrolan kami dan mengajak saya untuk istirahat.. dari nasihat2 dari bapak membuat saya bersemangat, dan dalam hati saya berjanji “bapak, ibuk, seberat apapun dan sesuram apapun jalan hidup rizal besok, rizal janji gak akan menyerah sama keadaan” ….
skip.. bapak sudah kembali ke aceh, dan dwaktu berjalan terus, gak kerasa umur saya 16 tahun, dan saya sekarang mengenakan seragam putih biru, saya mendapatkan kesempatan bersekolah di sebuah SMA negri ternama di jogja, dan tentu saya Risa juga sekolah di yang sama denganku hanya saja berbeda kelas…
bulan berganti bulan dengan cepat tidak terasa sebentar lagi saya akan mengalami ujian tengah semester pertama saya.. saya meiapkan diri dengan baik, walaupun saya dirumah sendirian selama beberapa bulan terakhir ini, itu tidak mempengaruhi semangat belajar saya… dan akhirnya bulan desember akhir tahun adalah hal yang menyenangkan, kenapa? karena setelah penat menyiapkan dan menyelesaikan ujian semesteran kami akan merasakan liburan yang dinanti2, terkecuali untuku……
hari itu saya menyalakan tv, mencoba mencari acara yang bagus, dan ternyata tidak ada, hanya ada satu topik yang diberitakan seluruh media televisi… kalian ingat sebuah kejadian besar menimpa indonesia pada bulan desember 2004? yaa tsunami aceh.. sebuah bencana besar yang membunuh 200.000 korban jiwa, bencana itu menambah luka kota serambi mekah yang sedang terluka karena konflik gam yang berkepanjangan, dan sekarang seolah Tuhan menguji rakyat Aceh dengan ditimpakanya bencana yang maha dahsyat, bnyak bangunan roboh, lahan pertanian hancur, akses komunikasi menjadi sangat terbatas. tak hanya aceh yang menderita, seluruh dunia juga berduka, selain di aceh gempa dan tsunami itu juga menerjang 14 negara lainnn… gara2 kejadian itu, banyak orang kehilangan rumahnya, banyak orang kehilangan hartanya, banyak bapak dan ibu kehilangan nyawa anaknya, atau sebaliknya, dan saya juga termasuk orang yang terkena dampak dari tsunami itu….
rasa takut dan khawatir menjalar kesekucur tubuh, lemas rasanya mendengar kabar tersebut, saya mencoba menghubungi bapak, ahhh nomornya tidak dapat dihubungi… mulai hari itu juga saya mencari kepastian tentang kabar bapak, saya menghubungi instansi2 yg berkaitan dengan penanggulangan bencana di aceh sana, tapii hari itu nihil sama sekali, bahkan mungkin mereka juga belum tentu selamat… rasa takut itu bahkan masih kurasakan sekarang…
“bapakk, semoga bapak gapapa disana, semoga bapak sedang beraksi menolong evakuasi korban disana” saya berdoa dalam hati, kerabat2ku mulai berdatangan kerumah,mengajaku berbicara dan memberikan dukungan, mereka juga terus berusaha mencari kepastian kabar bapak disana,, setiap hari saya duduk di depan televisi dengan menyanding telepon rumah dan hp, yang nomornya sudah saya kirim untuk konfirmasi dari badan penanggulangan bencana jika ada informasi tentang bapak.. doa tidak putus2nya kupanjatkan, memohon kepada Allah, untuk menjaga keselamatan bapak. ingatan saya kembali ke memori2 buruk saya saat kehilangan ibuk, apakah kali ini juga harus kehilangan bapak?, jangan tidakkkk… apakah ini kata2 bapak tentang aku harus siap saat bapak harus menyusul ibuk, pak, rizal nagih janjimu pak untuk jaga rizal, jangan pergi sekarang jangan.. waktu berjalan saya hanya bisa menunggu perkembangan berita lewat tv, setiap hari jantung saya berdebar2 saat ada telefon masuk…. ahhhh rasanya jantung saya mau meledak…. saya ditunggui oleh om da beberapa kerabat lainya… pemberitaan di media semakin membuat saya ngeri, pada hari pertama korban meninggal diperkirakan 7000 orang, hari berikutnya bertambah menjadi 35.000 orang, 4 hari berselang jumlah korban dinyatakan lebih dari 100.000 orang, dengan orang sebanyak itu bahkan jika ada jenazah ditemukan, mungkin akan sulit dikenali… saya mencoba berfikir bahawa bapak selamat, bahwa babak baik2 saja, bapak hanya belum bisa memberi kabar kepadaku, karena beliau disana sedang berjuang, ya pikiran2 buruk coba kutepis… dukungan dari teman2ku smp dan sma juga tidak putus, mereka setiap hari datang sekedar menemaniku, tentu saja diantara mereka yang tampak paling khawatir adalah risa, dia selalu berada disampingku sampai malam hari.. saya menghargai tindakan merka, “terimakasih” hanya itu ucapanku, saya tidak dapat memikirkan hal lain, malam hari saya hampir tidak itdur, saya habiskan dengan shalat, dan berdoa.. memohon agar diberikan keajaiban… hampir sebulan, jumlah korban terus meningkat mencapai 180.000 orang meninggal belum termasuk orang yang dinyatakan hilang, saya pun harus kembali kesekolah, sebenarnya saya malas tapi berhasil dibujuk oleh kerabat2 ayah dan kerabat almarhum ibuk. di sekolah pun saya tidak dapat konsen, saya beberapa mendapat gangguan dari makhluk halus yang memanfaatkan emosi dan suasana hatiku yang sedang labil, hahhhhh.. ada perasaan marah.. saya tahan terus… saya berusaha fokus untuk mencari bapak, risa lah yang menemani saya sepanjang waktu, dia selalu memberikan harapan2 bahwa pasti akan ada keajaiban, itu membuat saya sedikit terhibur, walaupun kenyataanya …..
saya mencoba menggunakan penerawangan saya untuk mencari bapak, dannn ternyata diluar kemampuan saya, saya malah menangkap bayangan kematian dari ribuan orang lain… hahhhhh saya mulai frustasiiiiii.. ” saya menyeka darah di hidungku, saya mimisan ketika memaksakan jangkauan penerawangan saya…
saya terlelap, mungkin kelelahann,, saya terbangun dengan keadaan tidak enak badan… saya tidak menghiraukanya, tapi ada satu hal yang tidak enak mengganjal di hatiku, entah sesuatu perasaan tidak enak.. saya keluar kamar dengan wajah pucat, dan mata merah karena terlalu banyak menangis… saya menuju keruang tamu, tampak beberapa om dan tanteku duduk, dan mengobrol dengan serius… nama omku ini adalah om Bowo, beliau seorang purnawirawan angkatan udara..
Om bowo : “zal, sini duduk sebentar “
deggg…. perasaan itu …
Om bowo :”seperti yang dikatakan bapakmu kepada om dulu, bapakmu pernah bilang sama om,hidup kamu kedepan penuh rintangan, tapi bapakmu percaya kamu bisa melewati semua itu”
Saya : “om, tolong to the point aja, rizal gak ngerti “
om bowo :”bapakmu ditemukan dalam keadaan meninggal zal, maaf,”
serasa tulang2 ini mau copot… saya merasa seperti dipukul atau ditusuk sesuatu di hati, saya seperti merasakan ada sebuah lubangg, rasa sakit dan kesedihan …. saya duduk bersimpuh, menunduk “inallilahi wa inalillahi rojiun” saya sebisa mungkin tidak menangiss saya sebisa mungkin tidak menumpahkan air mata ini lagi.. tapi apa daya pertahananku jebol juga, saya menangis, cukup keras..
saya merasakan hati saya seperti dilubangi lagi… dulu, saya menjadi piyatu saat ditinggal ibu, dan sekarang saya menjadi yatim piatu saat di tinggal bapak …………………………………………..



Sumber Kaskus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Best Dating Sites
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Top Profiles
Siska Media di TikTok
10.0/10
Siska Media di TikTok
Channel Siska Media di Youtube
10.0/10
Channel Siska Media di Youtube