Kebetulan nih kemarin saya mengikuti webinar finansial dengan konten kreator keuangan rumah tangga, Mbak Atika dan Salimah Palopo (Persaudaraan Muslimah).
Paparan materinya sangat menarik dan peserta makin penasaran dengan manajemen keuangan rumah tangga. Apalagi cara mengatur keuangan rumah tangga memang berbeda-beda.
Ada yang suka menabung tiap hari, sedikit demi sedikit tapi jadi bukit. Ada juga yang sudah membagi pos-pos keuangan ketika awal gajian. Pilih yang mana saja itu baik. Terpenting sesuaikan dengan kenyamanan masing-masing.
Tapi, kebanyakan memang masyarakat kita belum paham literasi keuangan. Jadilah penghasilan selalu bocor keluar kayak air. Deras tanpa ditahan. Eh ditengah bulan, akhirnya repot sendiri.
Gak mau kan tahan nafas terus di akhir bulan? Atau ujung-ujungnya malah berutang kesana kemari. Naudzubillahmindzalik. Jangan sampai mewariskan kondisi keuangan yang tidak sehat untuk keturunan kelak. Apalagi umur tidak ada yang tau dan jangan berkeinginan kelak meninggalkan anak cucu dalam keadaan lemah dan banyak utang.
Oya sebelum lanjut lebih jauh, pengen disclaimer dulu bahwa belajar mengelola keuangan rumah tangga ini tidak ada hubungannya dengan besar kecilnya penghasilan ya. Sebab kebutuhan rumah tangga sebenarnya tidak bergantung pada penghasilan namun bagaimana menempatkan prioritas secara tepat.
So, jangan minder duluan hanya karena penghasilan kecil lalu merasa tidak bisa membagi pos-pos finansial. Ini adalah tentang belajar bagaimana mengelola rezeki yang dititipkan Allah SWT.
Dan pasti selalu ada celah sekecil apapun untuk semakin menggendutkan rekening kita. Hehe.
Sudah Sehatkah Keuangan Rumah Tangga Kita?
Jika ditelaah lebih lanjut, saat ini semua hal memang membutuhkan duit. Segala aspek kehidupan kita sepertinya memang ujung-ujungnya adalah uang.
Bayar parkir aja sekarang Rp. 2000. Buang air kecil di toilet umum pun bayar Rp 2000 juga. Buang air besar kadang harga sama atau malah lebih besar. Bahkan pengamen aja kadang menolak jika diberi duit Rp. 500. Bukannya merendahkan ya, tapi jaman sekarang ini, lima ratus rupiah bisa beli apa sih?
Makanya nih mbak Atika dalam webinar menyampaikan bahwa kesehatan keuangan biasanya selaras dengan kesehatan rumah tangga. Biasanya bukan berarti keseluruhan ya, sebab pasti ada aja yang anomali.
Nah, kembali ke pertanyaan awal, sudah sehatkah keuangan rumah tangga kita?
Coba deh, beri poin untuk pernyataan berikut ini. Semakin tinggi poin artinya semakin sehat juga keuangan rumah tangga kita.
Yes, Make It Happen!
Uang pangkalnya saja diatas 20 juta, belum tetek bengek macam biaya bulanan, baju sekolah, study tour dan juga biaya sosialita. Haha. Duh bergetar rekeningku.
Tapi, ini wajar sih mengingat ketika 2017 masih tinggal di Bogor juga biaya masuk taman kanak-kanak untuk sekolah alam pun berkisar harga segitu.
Dilemanya, saat ini tidak banyak sekolah negeri yang seperti dulu dimana fasilitas memang sederhana namun guru-gurunya berkapabilitas. Tidak banyak bukan berarti tidak ada ya sobat yusri. Duh, saya jangan dibully. Hehe.
Apalagi lingkungan sekolah negeri saat ini terlihat ‘horror’. Mau tidak mau, swasta menjadi alternatif yang dianggap baik.
Tapi duitnya dari mana??
Ini baru soal dana pendidikan. Belum lagi biaya living yang juga membutuhkan cost besar. Ditambah saat ini banyak influencer home decoration yang bikin kita iri liat rumah orang kok cakep bener.
Belum lagi dana darurat dimana biasanya ada pengeluaran tak terduga. Trus dana pensiun? Apa kabar keinginan masa tua hidup di desa dengan pekarangan luas penuh tumbuhan serta ternak dan pasif income jalan terus?
Ya itu makanya perlu tahu rumus mengatur keuangan rumah tangga. Sebab duit juga gak ujug-ujug jatuh dari langit. Perlu doa, usaha dan pengelolaan yang baik.
Kuncinya memang manajemen keuangan rumah tangga.
Sehingga kita tak perlu terlalu khawatir dengan mimpi-mimpi yang seolah tak mungkin. Dan suatu saat kita bisa bilang yes we make it happen.
So, apa yang perlu sobat yusri ketahui dalam rumus mengatur keuangan rumah tangga?
Rumus Mengatur Keuangan Rumah Tangga, Ini Kuncinya
Its your money! If you dont care about it, who else will?
Ini dia beberapa insight yang saya dapatkan dari webinar finansial kemarin.
1. Lakukan Money Date
Saat ini, berkencan tak hanya milik suami istri sebab kita juga butuh nge-date dengan uang kita. Maka siapkan segelas jus, kopi atau teh lalu tuliskan semua mengenai harta benda yang kita miliki, aset-aset, bahkan utang piutang yang belum selesai.
Jika semua sudah tercatat dengan baik maka hitunglah total harta yang kita miliki dan berapa saja yang masih menjadi tanggungan.
Baiknya sih money date ini dilakukan berdua dengan pasangan, namun jika belum maka lanjutkan poin 2.
2. Komunikasi Tentang Uang
Menurut Prita Ghozie, salah satu pakar finansial, bahwa kunci awal kesuksesan finansial dalam keuangan rumah dimulai dari para tokohnya yaitu suami dan istri.
Perbedaan pola asuh sering kali menjadi hambatan ketika berbicara soal keuangan. Syukur-syukur jika keduanya bisa terbuka. Namun jika salah satunya masih menutup diri maka perlu pendekatan yang lebih dalam berbicara keuangan.
Kata mbak Atika, kita yang paling tahu tentang pasangan. Mulailah dari pembicaraan yang ringan-ringan terdahulu sebelum masuk ke obrolan berat.
3. Tentukan Menteri Keuangan Rumah Tangga
Saatnya menentukan siapa yang memegang keuangan rumah tangga. Tidak masalah apakah istri atau suami. Paling tepat yang menjadi menteri keuangan rumah tangga adalah dia yang literasi keuangannya paling baik dan mampu menaha diri.
4. Budgeting
Nah, salah satu hal menarik dalam webinar kemarin adalah soal budgeting ini. Budgeting sendiri adalah seni mengatur uang.
Ada 3 hal dasar yang harus kita penuhi dalam membuat budget yaitu kebutuhan pokok (living), tabungan (saving) dan hiburan (playing). Cara mengatur keuangan rumah tangga tergantung atas metode budgeting yang sobat yusri pilih.
Mau metode 50.30.20 (50% living, 30% saving, 20% playing) atau 70.20.10 (70% living, 20% saving, 10% playing). Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan prioritas apa yang kita pilih saat itu.
View this post on Instagram
Namun perlu diingat agar cicilan jangan sampai diatas 30% dari penghasilan ya sobat yusri.
5. Money Diaries
Setelah keuangan memiliki posnya masing-masing maka saatnya mencatat alur keuangan setiap hari. Ini memang seperti menulis diary, makanya disebut sebagai money diaries.
Catatan keuangan yang rapi akan memberikan gambaran tentang keuangan kita yang sesungguhnya. Jadi kalau tiba-tiba keuangan bocor ditengah akan lebih cepat ketahuan.
By the way, saya pernah membuat tabel perencanaan keuangan keluarga. Semoga bisa menjadi inspirasi sobat yusri ya.
6. Mindful Spending
Ada yang suka FOMO (Fear Out Mising Out)? Takut ketinggalan berita, hal-hal yang viral dan lain sebagainya. Seperti boneka labubu yang harganya jutaan namun banyak yang beli sehingga beberapa orang curiga bahwa Indonesia baik-baik aja. Sehingga kalau ada pendapat sebagian orang yang bilang bahwa ekonomi dan daya beli masyarakat lagi turun, pasti tidak percaya.
Padahal bisa saja, para FOMOers ini membeli barang dengan pay later atau dan pinjaman lainnya. Duh, sekarang makin mudahkan pinjem duit.
Nah, makanya butuh belajar mindful spending alias menganalisis lebih dalam saat memutuskan membeli sesuatu. Waspada terhadap belanja impulsif karena euforia atau berada di momen tertentu sehingga tanpa sadar malah membelinya.
Apakah barang ini memang paling saya butuhkan? Apakah barang ini punya manfaat yang kuat? Apakah saya bisa menjadi lebih produktif dengan kehadiran barang ini?
Mindful spending akan membuat kita jauh lebih bijak dalam manajemen keuangan rumah tangga
7. Financial Check Up
Tengah atau akhir bulan menjadi waktu yang pas dalam mengevaluasi keuangan kita. Apakah alur uang sudah sesuai dengan budgeting atau belum?
Jika punya money diaries ini enak sebab mudah ketahuan pengeluaran kita yang terbanyak untuk apa saja.
Kesimpulan
Dan awal bulan ini saat yang tepat dalam menerapkan rumus mengatur keuangan rumah tangga.
Jangan sampai mewariskan kondisi keuangan yang tidak sehat pada anak cucu kelak. Berhenti di kita. Saatnya bijak dalam keuangan.