Ya, suku Kajang terkenal dengan pakaian hitamnya. Dan tradisi unik ini juga harus diikuti oleh orang luar yang ingin berkunjung. Ketua rombongan kami sudah mewanti-wanti hal itu pada malam sebelum keberangkatan.
Sebelum memasuki daerah kampung adat Kajang, kami berhenti di salah satu sekolah untuk berdiskusi dan memohon bantuan kepala sekolahnya untuk menjadi penunjuk arah. Juga sebagai perantara dari kami. Kepala sekolah tersebut memang memiliki darah Kajang.
Lalu pandangan kami beralih pada rumah dengan atap hitam. Dinding kayu berwarna hitam. Kursi-kursi pun dibuat hitam. Ini menandakan bahwa kehidupan suku kajang masih terikat dengan adat istiadat.
Mengunjungi dan Melihat Tradisi Unik Suku Kajang
Hitam adalah simbol kesederhanaan. Juga simbol kerendahan hati suku Kajang pada alam yang mereka cintai.
Namun apa yang kami lihat itu adalah permukaan kulit dari suku Kajang itu sendiri. Kami perlu berjalan lebih jauh untuk melihat lebih dekat. Dan bangunan-bangunan yang berada diluar itu seolah menjadi rest area untuk pengunjung.
Disinilah mobil dan motor diparkir. Dan pengunjung yang tidak bisa masuk dapat melihat souvenir-souvenir khusus dari Kajang di salah satu bangunan. Sayangnya diantara souvenir tersebut, makanan khas suku Kajang tidak terlihat.
Suku Kajang berasal dari desa Tana Toa, kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba di daerah Sulawesi Selatan. Daerah ini berjarak sekitar 200 km dari Makassar atau sekitar 4 jam perjalanan darat.
Mereka adalah salah satu suku tertua yang masih mempertahankan adatnya di jaman serba modern ini. Orang-orang juga biasa menyebutnya dengan suku kajang ammatoa.
Ammatoa ini sendiri adalah pemimpin masyarakat adat mereka. Dan biasanya pengunjung memang berharap untuk bertemu ammatoa.
Meskipun banyak syarat untuk menemui beliau. Salah satunya adalah mengenakan sarung hitam yang dapat disewa, berjalan tanpa alas kaki dan tidak boleh memotret.
Kehidupan suku Kajang yang masih tradisional inilah yang menarik pengunjung untuk datang kesini. Namun, itu semua tak mengindahkan keteguhan masyarakat Kajang untuk tetap hidup sesuai dengan adat yang mereka yakini.
Pun ketika Bulukumba menjadi salah satu daerah wisata dengan pemilik pantai-pantai dan laut yang indah, suku Kajang ammatoa tetap bersikukuh mempertahankan prinsip.
Bulukumba tak hanya terkenal akan adanya suku Kajang. Juga Bulukumba terkenal dengan pantai Biranya yang menawan dan eksotis. Butiran pasir halus di sepanjang pantainya ini memang hanya ada di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Dan Bulukumba beruntung dengan itu.
Salah satu hal yang juga memikat bagi saya adalah makanan khas Bulukumba yaitu jagung marning yang diolah oleh masyarakatnya sendiri.
Sayangnya saya tak sempat mencicipi kue tradisionalnya. Kue tradisional bulukumba yaitu kue uhu-uhu dan dumpi eja. Nah menariknya, dumpi eja ini juga termasuk makanan khas suku Kajang.
Ini sih tak perlu diragukan lagi ya sebab suku Kajang sendiri termasuk dalam bagian Bulukumba.
Sobat yusri, kira-kira seperti apa sih makanan khas suku Kajang ini?
Makanan Khas Suku Kajang, Simbol Berbudaya Yang Unik
Belum tentu juga. Biasanya kue khas suatu daerah hanya muncul di saat-saat tertentu. Seperti dumpi eja yang wajib muncul saat akan ada pernikahan yang berlangsung.
Nah ada keunikan khusus kenapa dumpi eja sangat erat dengan pernikahan, yaitu
Simbol Sakral Pernikahan
Pengantin yang menikah wajib untuk mencicipi makanan khas suku kajang. Ini sebagai simbol bahwa pernikahan mereka kelak akan manis seperti rasa kue dumpi eja.
Oleh karena itu, dumpi eja ini disebut juga sebagai kue sakral pernikahan.
Simbol Ketemu Jodoh
Biasanya para tetua akan menyuruh para jomblowan dan jomblowati untuk memakan dumpi eja. Namun biasanya tanpa disuruh pun, jombloers ini akan berlomba untuk mendapatkannya.
Dumpi eja memang diyakini bisa mempercepat ketemu jodoh.
Sobat yusri ada yang mau coba juga? Hehe
Kue merah adalah sebutan lain untuk dumpi eja. Sebabnya memang berwarna merah. Bentuknya bulat dan terlihat agak kasar di tengah.
Mirip cucur ya? Saya melihat dumpi eja hampir serupa dengan makanan khas Jawa yaitu cucur. Rasanya juga sepertinya mirip karena bahan dasarnya pun hampir sama.
Penasaran dengan cara membuatnya? Siapa tau sobat yusri bisa mempraktekkan makanan khas suku kajang ini di rumah masing-masing
Resep Dumpi Eja, Cocok Jadi Teman Ngeteh
- Beras ketan putih yang direndam selama 1 jam
- Gula merah yang dihaluskan
Alat :
- Baskom bersih
- Wajan
- Minyak Goreng
Cara Membuat :
- Tapis beras ketan putih yang sudah direndam kemudian buang airnya. Hasil tapisan kemudian digiling hingga halus seperti tepung.
- Setelah halus, campurkan gula merah.
- Remas-remas hingga gula merah tercampur merata dalam adonan.
- Beri air sedikit demi sedikit hingga adonan menjadi kental
- Diamkan selama satu hari dan adonan pun siap digoreng.
Nah biasanya adonan menjadi gagal ketika gulanya kurang. Sehingga tips agar kue tidak hancur ketika digoreng adalah tambahkan gula lagi sampai adonan bisa dibentuk.
Dumpi eja bisa disajikan selagi hangat. Aroma gula merahnya biasanya akan membangkitkan selera.
Makanan khas suku Kajang ini memang paling nikmat jika berdampingan dengan teh atau kopi. Makan dumpi eja sembari menyeruput teh hangat dengan sesekali menikmati kesejukan daerah suku kajang ammatoa adalah kenikmatan yang tiada tara.
Penutup
Kegigihan masyarakat dalam mempertahankan kehidupan suku Kajang yang tetap tradisional adalah cara mereka untuk melestarikan budaya. Juga keyakinan untuk tetap hidup berdampingan dengan alam tanpa mengusiknya adalah cara bersyukur pada Tuhan atas segala hal yang sudah dititipkan pada mereka.
Dumpi eja sebagai makanan khas suku Kajang adalah tak sekedar kuliner namun sebagai simbol untuk terus menjaga budaya.