Setelah dalang pertama Arya Tega meninggal, ia digantikan oleh putranya I Gusti kabor tahun 1905. Sebagai pengganti ayahnya, ia cukup terkenal mendalang wayang gambuh pada masa itu. Pada tahun 1908, kedudukan I kabor digantikan oleh putranya bernama I Gusti Nyoman Pering Tega menggantikan kedudukannya sebagai dalang wayang gambuh, karena I Gusti Putu Samprug meninggal dalam umur yang tidak begitu lanjut. Demikianlah sejak kira-kira tahun 1915 tidak ada lagi dalang wayang gambuh di Blahbutuh. Sekitar tahun 1943, pada masa kedudukan bala tentara Jepang, I Ketut Rinda, berusaha menghidupkan kembali Wayang Kulit Gambuh, namun tidak banyak membawa hasil.
Tampaknya kaderisasi dalang Wayang Kulit Gambuh perlu ditumbuhkan lagi, maka I Ketut Rinda membina seniman dalang I Made Sidja dan I Wayan Narta untuk mengikuti jejaknya menjadi dalang wayang Gambuh, Sejauh ini hanya dalang I Wayan Narta yang sesekali mementaskannya, dan itupun sangat jarang sekali.
Pengertian Wayang Gambuh
Wayang Gambuh merupakan suatu bentuk karyaseni yang sangat digemari serta diyakini memiliki arti dan makna yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Wayang gambuh khusunya merupakan salah satu jenis wayang bali yang langka. Pada dasarnya adalah pertunjukannya wayang kulit yang melakonkan cerita Malat, seperti wayang Panji yang ada di Jawa. Karena pada pola acuan pertunjukan adalah Dramatari Gambuh, maka dalam banyak hal wayang Gambuh merupakan pementasan Gambuh melalui wayang kulit.
Unsur Wayang Gambuh
Wayang ini mengambil lakon dari cerita Malat (siklus Panji). Bentuk wayangnya merupakan transisi antara bentuk wayang Bali dengan bentuk wayang kulit Jawa (wayang Madya). Iringan seperti dramatari Gambuh yaitu : suling besar 3 atau 4 buah, 2 buah kendang kecil, masing-masing 1 buah kajar, klenang, klenong, kemanak, kangsi, gentorag, dan 1 buah kempul.
Fungsi Wayang Gambuh
- Sebagai pelengkap upacara dewa Yajnya dan manusia Yajnya.
- Sebagai sarana suatu acara keagamaan bagi masyarkat pendukungnya,dan
- Sebagai suatu hiburan tersendiri dan media komunikasi dalam masyarakat
Sumber:
http://www.academia.edu/8723815/Teater_Tradisional_Bali