Definisi Teater Tradisional Topeng
Teater Tradisional Topeng adalah merupakan tarian yang melakonkan Babad Bali ini, dapat dilihat pada topeng keras diinspirasi style Prabangsa Pegambuhan dan topeng Arsa Wijaya mengambil style Panji. Selain itu, di Bali ditemukan beberapa buah prasasti yang memuat tentang kesenian topeng, salah satunya adalah prasasti Bebetin (tahun 896 Masehi), yang menyebutkan pertunjukan topeng sebagai atapukan. Di samping itu keberadaan topeng juga disebutkan dalam prasasti Blantih sekiktar tahun 1059 masehi.
Selain itu, ada juga prasasti tentang petopengan yaitu prasasti Ularan Plasraya. Dalam prasasti itu diceritakan tentang Pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel antara tahun 1460-1550. pada masa itu Dalem Waturenggong berniat menaklukan Kerajaan Blambangan. Dikirimlah pasukan tentara di bawah pimpinan Ki Patih Ularan dan ditemani I Gusti Jelantik Pesimpangan. Dalam pertempuran tersebut Sri Dalem Juru, Raja Blambangan, kepalanya dapat dipenggal dan Blambangan dapat ditaklukan. Sebagai bukti telah menaklukan Blambangan dirampaslah beberapa barang, di antaranya dua buah gong, satu keropang Wayang Gambuh dan satu peti topeng.
Pada masa pemerintahan Wirya Sirikan, sekitar tahun 1879 oleh I Gusti Jelantik, topeng yang jumlahnya 21 buah itu dipindahkan ke Blahbatuh, kini topeng-topeng itu disimpan di Pura Penataran Topeng yang berada di Blahbatuh, Gianyar. Dari 21 buah topeng tersebut, enam di antaranya yang memakai canggem sebagai alat memegang, topeng itulah yang diperkirakan berasal dari Jawa, karena sebagin besar topeng Jawa menggunakan canggem.
Fase teater tradisional Topeng Bali
- Topeng Pajegan (Kata pajegan mengacu kepada kegiatan pedesaan masyarakat Bali agraris, yang kini bisa diterjemahkan dengan ”memborong”. Penari Topeng Pajegan memborong semua peran yang ada di dalam cerita. Yang ada hanya seorang pemain, dan cerita berkembang dengan seutuhnya lewat satu pemain. Pada intinya, Topeng Pajegan adalah ritual yang mengiringi upacara keagamaan Hindu dalam budaya Bali yang diakhiri dengan Topeng Sidakarya sebagai puncak dari ritual itu).
- Topeng Panca (Drama tari topeng yang ditarikan oleh 5 ( lima ) orang penari. Topeng ini timbul di Denpasar sekitar tahun 1915. Topeng Panca dipentaskan oleh lima orang penari. Topeng ini merupakan perkembangan dari Topeng Pajegan. Topeng Panca ini berkembang menjadi Topeng Sapta, dengan tambahan penari Putri dan Condong)
- Topeng Prembon (Dramatari topeng yang sudah dikombinasikan dengan unsur drama tari Bali lainnya (biasanya dari arja) namun strukturnya patopengannya masih tetap dominan. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar).
Unsur Teater Tradisional Topeng
Kesenian topeng ini lahir sebagai produk budaya dari suatu masa, yang dapat dipandang sebagai sebuah indikasi pergeseran sistem nilai dalam kehidupan garapan seni budaya. Pertunjukan dramatari topeng dibentuk oleh perpaduan dari bermacam-macam kesenian dan semuanya terpadu secara utuh, indah dan harmonis. Bentuk pertunjukannya yang kompleks ini menjadikannya sebagai pertunjukan total teater.
Hal ini dikarenakan mengandung berbagai jenis unsur seni seperti; seni tari, seni suara (tembang dan monolog), seni drama (laku dan dialog), seni pantomim, seni rupa, seni sastra, dan seni musik. Ungkapan dramatiknya dilakukan lewat aksi dan dialog, sehingga penontonnya mudah menangkap maksud yang diungkapkan pemainnya.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan – yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Drama tari topeng yang ada di Bali, yang terus berjalan dan berkembang, berubah sejalan dengan perubahan nilai nilai artistik, sosial, dan kultural dari masyarakat Bali.
Fungsi Teater Tradisional Topeng
- Sebagai tari upacara, dikarenakan pelaksanaannya dipertunjukan pada saat bersamaan dengan berlangsungnya proses upacara.
- Sebagai pelengkap upacara, sebab pelaksana pertunjukannya dilaksanakan setelah waktu pelaksanaan upacara inti.
Sumber
http://www.academia.edu/8723815/Teater_Tradisional_Bali