Menggali Mutiara dalam Diri Anak Melalui Kegiatan Mendongeng

Hai, SuperParents!

Siap-siap ya, kita mau ngobrol seru nih! Duduk yang nyaman, ambil secangkir kopi atau teh favorit kalian, karena kita akan membahas sesuatu yang bikin mata anak-anak berbinar dan hati kita meleleh: yup, kegiatan bercerita!

Ingat nggak sih, saat terakhir kali kalian membacakan dongeng dan si kecil menatap dengan penuh takjub? Atau mungkin saat mereka tertawa terbahak-bahak mendengar suara-suara lucu yang super parents buat? Nah, momen-momen ajaib seperti itulah yang akan kita bahas hari ini.

Jadi, siapkan imajinasi kalian, karena kita akan menjelajahi dunia penuh keajaiban yang tercipta setiap kali kita membuka buku cerita atau mulai mendongeng. Dari “Pada zaman dahulu kala…” hingga “…dan mereka hidup bahagia selamanya”, kita akan mengupas mengapa kegiatan sederhana ini bisa jadi sangat istimewa.

Super parents perlu ketahui bahwa di balik momen-momen manis itu, ada sesuatu yang ajaib sedang terjadi dalam otak mereka yang mungil.

Penasaran? Yuk, kita mulai petualangan kita di negeri dongeng! Siapa tahu, setelah ini super parents akan jadi pendongeng handal yang bikin anak-anak ketagihan cerita. Ready? Let’s go!

manfaat mendongeng bagi anak

Jika sebuah cerita atau dongeng diibaratkan sebuah kunci, dia merupakan kunci ajaib yang bisa membuka banyak pintu yang berisi wawasan dan pengetahuan. Setiap kata yang parents ucapkan, setiap karakter yang digambarkan, seolah-olah menciptakan dunia baru dalam imajinasi ananda. 

“Pada zaman dahulu kala…” dan boom! 

Tiba-tiba si kecil sudah terbang ke negeri antah berantah, bertemu naga, atau mungkin menjadi superhero cilik! Mereka membayangkan seolah-olah mereka berperan sebagai tokoh yang ada dalam buku cerita dongeng yang mereka dengar.

Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh si kecil dari kegiatan bercerita atau mendongeng ini. Saat si kecil asyik mendengarkan, tanpa sadar mereka sedang mengumpulkan “harta karun” berupa kosakata baru. Banyak pertanyaan yang berseliweran dalam benak mereka tentang apa yang mereka peroleh dari isi buku yang diceritakan oleh para orang dewasa. 

“Wah, apa itu ‘perkasa’?” tanya mereka penasaran. “Apa itu hening?” “Apa itu malam mencekam?” Sebuah kata yang memang masih terasa asing di telinga anak berusia 4 tahun atau umumnya anak-anak yang masih dalam usia dini. Melalui momen inilah, sedikit demi sedikit, mereka memperkaya bahasa mereka. 

Alam bawah sadar mereka merekam banyak momen, yang nantinya akan menjadi ledakan yang sangat luar biasa, hal ini mampu membuat orang tuanya terkejut dan terpana ketika sang buah hati tiba-tiba mampu memaparkan peristiwa dengan gamlang dan dengan bahasa yang terstruktur! Semua itu dampak yang diperoleh dari momen bercerita yang dibawakan oleh para orang dewasa kepada anak-anaknya.

Kegiatan bercerita atau mendongeng ibarat “pembelajaran terselubung”. Banyak pelajaran yang didapat dari sebuah cerita. Saat tokoh utama dalam dongeng belajar untuk berbagi atau meminta maaf, si kecil pun diam-diam menyerap nilai-nilai itu. Mereka belajar tentang kebaikan, keberanian, dan persahabatan tanpa merasa sedang “diceramahi”. Luar biasa, kan?

Apakah super parents pernah beranggapan bahwa cerita bukan hanya sangat berpengaruh untuk anak-anak? Saat super parents memeluk si kecil dan mulai bercerita, ada ikatan spesial yang terjalin. Momen-momen seperti ini yang akan dikenang si kecil sampai mereka besar nanti. Dan mereka akan sangat berterima kasih karena memiliki orang tua seperti anda.

Kegiatan bercerita juga bisa menjadi “vitamin” untuk otak si kecil. Mereka belajar fokus, mengingat detail, dan bahkan memecahkan masalah. 

“Hmm, kalau aku jadi Cinderella, aku akan pakai sepatu karet biar nggak hilang!” Nah, imajinasi yang kreatif, bukan?

Wow, siapa sangka ya? Ternyata cerita itu bukan cuma hiburan, tapi juga “suplemen multivitamin” buat tumbuh kembang si kecil! Yup, betul sekali!

Coba super parents bayangkan, setiap kali kita bercerita, kita sebenarnya sedang menyalakan kembang api di otak si kecil. Keren kan? Tiap ‘dor’ nya itu menstimulasi berbagai aspek perkembangan mereka. Apa saja nih, yuk kita ungkap apa saja keajaibannya:

1. Nilai agama dan moral: Cerita kita bisa jadi ‘guru spiritual’ yang seru lho! Lewat kisah-kisah inspiratif, si kecil belajar tentang baik dan buruk tanpa merasa digurui.

2. Kognitif: Tiap alur cerita itu seperti gym buat otak mereka. Makin rumit plotnya, makin terbentuk deh otak si kecil!

3. Psikomotorik: Lho, kok bisa? Iya dong! Coba deh ajak si kecil menirukan gerakan tokoh cerita. Dijamin, motorik halus dan kasarnya ikut terlatih!

4. Seni: Setiap deskripsi dalam cerita itu seperti melukis dalam imajinasi mereka. Siapa tahu, besok-besok ada Picasso cilik di rumah!

5. Kemampuan berbahasa: Nah, ini nih yang paling kentara. Makin banyak cerita, makin kaya perbendaharaan kata si kecil. Bisa jadi calon penyair nih!

6. Sosialisasi dan pengendalian emosi: Lewat karakter dalam cerita, si kecil belajar berempati dan mengelola emosi. Jadi, pas ketemu teman baru, rasa percaya diri mereka mulai tumbuh dan siap berteman!

Bercerita atau mendongeng ini memiliki seni. Seni bercerita perlu kita perhatikan agar apa yang kita harapkan dalam upaya mengembangkan kemampuan ananda bisa terealisir secara optimal. Ayo … ayo kita anjut lagi diskusinya.

Pengertian Seni Bercerita atau Mendongeng

Dalam cerita ada beberapa kaidah yang harus kita perhatikan. Hal ini akan kita bahas bersama pada tulisan selanjutnya. Sekarang mari kita berdiskusi tentang makna dari seni bercerita. Apa makna dari seni bercerita? 

Makna Seni

Arti kata seni sebagaimana yang sudah saya paparkan pada artikel mengenal konsep seni, bahwasannya dikutip dari buku Pekerti DKK, pengertian seni diterjemahkan dari berbagai kata dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Itali seni dikenal dengan istilah I’arte. Bahasa Prancis menyebut seni dengan l’art. Penyebutan el arte digunakan dalam bahasa Spanyol. 

Sedangkan dalam bahasa Inggris seni memiliki istilah “art”. Semua istilah tersebut diambil dari bahasa Roma atau populernya dikenal dengan bahasa Latin ars yang berarti keterampilan, keahlian dan ketangkasan. Sedangkan orang yang memiliki keahlian disebut sebagai artes (Pekerti, 2018:1.5).

Nah, bagaimana tentang kata ‘Seni’ dalam bahasa Indonesia? Asal-usul kata ‘seni’ itu ternyata cukup menarik lho! Konon, kata ini berasal dari bahasa Sansekerta, tepatnya dari kata ‘sani’. Nah, ‘sani’ ini punya banyak arti, mulai dari ‘pemujaan’, ‘pelayanan’, sampai ‘donasi’. Bahkan bisa juga berarti ‘permintaan’ atau ‘pencarian yang dilakukan dengan hormat dan jujur’. Menarik ya?

Tapi tunggu dulu, ada lagi nih! Seni juga bisa disebut ‘cilpa’. Kata ini punya dua makna: bisa berarti ‘berwarna’ kalau dipakai sebagai kata sifat, atau ‘pewarna’ kalau jadi kata benda. Nah, lama-kelamaan, ‘cilpa’ ini berkembang jadi ‘cilpacastra’. Apa itu? Menurut pak Soedarso dalam bukunya yang terbit tahun 1988, ‘cilpacastra’ ini mencakup segala macam kekriyaan yang artistik. Maksudnya adalah bahwa setiap hasil karya tangan memiliki nilai seni!

Jadi, dari ‘pemujaan’ sampai ‘pewarnaan’, ternyata konsep seni sudah ada sejak zaman dahulu kala dan terus berkembang sampai sekarang. Ternyata penuh sejarah ya?

Jadi, jika kita tarik kesimpulan seni  bisa diartikan menjadi beberapa makna seperti ini:
  1. seni itu adalah karya seni itu sendiri. Jadi, lukisan, patung, atau lagu yang keren-keren itu, ya itulah seni!
  2. Kedua, seni bisa juga berarti kemahiran atau keahlian. Misalnya, kemampuan seseorang dalam melukis atau menyanyi yang bikin kita terkagum-kagum.
  3. Ketiga, ada juga yang melihat seni sebagai kegiatan manusia. Jadi, proses berkreasi itu sendiri sudah bisa disebut seni.
Nah, dalam konteks obrolan kita kali ini, kita lebih fokus ke pengertian seni sebagai kemahiran atau keahlian nih. Kenapa? Karena kita sedang membicarakan tentang seni bercerita kan?
Jika kita hendak mengikuti pemikiran Aristoteles (yup, filsuf Yunani yang terkenal itu!), seni itu adalah kemampuan untuk membuat sesuatu dengan tujuan tertentu. Tentu saja tujuan yang disusun secara sistematis berdasarkan logika atau gagasan yang matang.
Jadi, kalau kita aplikasikan ke seni bercerita, bisa dikatakan bahwa kemampuan kita untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik, menghibur, dan punya tujuan (misalnya untuk mengajarkan nilai moral), itulah yang disebut seni bercerita!
Banyak pelajaran bukan? Ternyata di balik kegiatan bercerita yang sepertinya sederhana, ada konsep seni yang dalam. Jadi, ketika kita bercerita untuk si kecil, perlu dipahami bahwa kita sebenarnya sedang mempraktekkan seni nih!

Makna Bercerita

Dunia cerita itu ternyata tidak sesederhana yang kita kira! Cerita menyimpan banyak makna. Apa makna dari bercerita itu sendiri? Menurut KBBI, cerita itu bisa tentang kejadian yang sesungguhnya terjadi atau hanya karangan saja. 

Menurut Ibu Riris K. Toha-Sarumpaet (2002), seorang ahli sastra anak memaparkan bahwa cerita itu lebih dari sekadar dari sebuah definisi kaku. Cerita merupakan bagian dari hidup kita, dan tidak bisa dipisahin begitu saja.

Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita sangat erat kaitannya dengan kerja sistem otak, untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan bercerita  otak kita itu layaknya mesin pembuat cerita! Bu Riris (2002) menjelaskan bahwa para ahli mengatakan otak manusia merupakan alat narasi yang jago banget bikin cerita.” Untuk itu pantas saja jika kita lebih gampang ingat dengan sebuah cerita daripada penjelasan teori dari sebuah fakta yang seringkali pemaparannya membuat mata kita mengantuk.

Bu Nurbiana Dhieni (2008), ahli pendidikan anak di Indonesia memaparkan bahwa bercerita itu merupakan kegiatan menyampaikan pesan atau info kepada orang lain dengan cara yang sangat seru. seolah-olah  setiap kata yang kita ucapka layaknya kuas yang menari ngelukis di imajinasi pendengarnya. Menakjubkan.

Nah, terkadang kita dibingungkan dengan istilah dongeng dengan cerita. Agar tidak bingung ada baiknya kita dengarkan pemaparan dari Pak Heru Kurniawan Santoso (2008), seorang peneliti sastra anak, beliau menjelaskan bahwa dongeng berasal dari sastra Melayu lama, sementara cerita lebih ke sastra Indonesia modern.

Sementara Bu Mira Roysa (2013), seorang pendidik menambahkan bahwasannya dongeng titik tekannya  lebih kepada berupa  khayalan, sedangkan cerita bisa diambil dari  kejadian sehari-hari. Bisa diartikan bahwa dongeng merupakan sebuah cerita namun  cerita belum tentu sebuah dongeng.

Meskipun antara cerita dan dongeng memiliki perbedaan yang substansial, namun keduanya memiliki kesamaan di dalam teknik menyampaikan, sama-sama diperlukan kemahiran. Kemahiran apa saja yang diperlukan dalam kegiatan bercerita dan mendongeng? untuk pemaparan lengkapnya kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya, ya.

Pengaruh Kegiatan Bercerita atau Mendongeng pada Anak USia Dini dalam Kajian Literatur Para Peneliti

Yuk kita simak beberapa cerita menarik dari teman-teman yang telah melakukan penelitian terhadap hasil kegiatan bercerita atau mendongeng yang dilakukan bersama anak usia dini di beberapa Taman kanak-kanak.

Penelitian N Sardi

N. Sardi dan teman-temannya memulai sebuah eksperimen ajaib di TK Kunti II Dalung. Mereka membagi anak-anak menjadi dua kelompok: satu kelompok mendengarkan dongeng, satu lagi belajar seperti biasa. Tebak apa yang terjadi? Anak-anak yang mendengarkan dongeng tiba-tiba jadi lebih komunikatif dan lebih terbuka dalam menyampaikan pikiran kepada guru atau pun temannya. Hal ini terlihat dalam beberapa aspek:

  1. Anak yang belajar dengan teknik bercerita dongeng menunjukkan kemampuan berbahasa yang lebih baik. Terdapat perbedaan signifikan dibandingkan dengan anak yang belajar dengan teknik konvensional
  2. Teknik bercerita dongeng meningkatkan motivasi belajar anak. Motivasi anak yang belajar dengan dongeng lebih tinggi dibanding teknik konvensional.
  3. Terdapat perbedaan positif secara bersamaan pada kemampuan berbahasa dan motivasi. Anak yang belajar dengan teknik bercerita dongeng menunjukkan peningkatan dalam kedua aspek ini.

Artinya ini adalah sebuah hal yang sangat positif dalam perkembangan bahasa apada anak. Ternyata dengan metode bercerita atau mendongeng mereka lebih semangat dalam belajar. Ternyata bercerita dan mendongeng benar-benar bisa menjadi penyemangat dan suplemen otak yang sangat manjur.

Penelitian Luh Putu

Nah, di tempat lain, Luh Putu Ayu Sumartini punya ide brilian. Dia menggunakan dongeng interaktif di TK Kuncup Harapan. Efeknya luar biasa sekali, anak-anak yang tadinya susah diatur, perlahan-lahan berubah. Mereka jadi rajin berdoa. Menjadi terbiasa bermain bersama tanpa pilih-pilih teman. Karakternya makin terbentuk dengan baik terutama karakter sopan santun.  Seolah-olah dongeng itu punya kekuatan magis untuk mengubah perilaku!

Penelitian Septyani Windi 

Sementara itu, Septyani Windi Utami menemukan rahasia kecil di PAUD Sariharjo. Ternyata, kegiatan yang disertai dengan media gambar bisa menjadi kunci ajaib untuk membuka jendela kemampuan bahasa anak-anak di rentang usia 3-5 tahun. Jadi, kalau anak-anak kita masih cadel, mungkin sudah saatnya kita menjadi ilustrator dadakan!


Penelitian Eva Nur Izzah

Eva Nur Izza punya cerita yang nggak kalah seru. Di TK Dharma Wanita, dia melihat bagaimana dongeng bisa jadi guru emosi yang handal. Dari kesadaran diri sampai kemampuan memecahkan masalah, semuanya bisa dilatih lewat dongeng. 
Dia menemukan kalau dongeng itu bukan cuma cerita biasa, tapi layaknya penakluk untuk emosi anak-anak. Coba deh kita intip hasil temuannya:
1. Ranah Intrapribadi: Ini seperti “ngaca” buat diri sendiri. Dongeng bisa bikin anak-anak lebih sadar diri, berani mengunkapkan apa yang mereka mau (asertif), menjadi pribadi yang mandiri, memiliki harga diri, dan bisa jadi diri sendiri dengan versi terbaik sang anak.
2. Ranah Antarpribadi: Nah, ini soal gimana anak-anak bergaul. Ternyata, dongeng bisa bikin mereka lebih empati, ngerti tanggung jawab ke orang lain, dan jago bergaul.
3. Ranah Penyesuaian Diri: Ini kayak kemampuan “adaptasi” gitu. Anak-anak jadi lebih ngerti realita, bisa fleksibel, dan jago mecahin masalah. Keren kan?
4. Ranah Pengendalian Stress: Siapa bilang anak kecil nggak stress? Dongeng ternyata bisa bikin mereka lebih tahan banting dan bisa nahan diri. Jadi kayak punya “tameng” gitu deh!
5. Ranah Suasana Hati: Yang ini paling seru! Dongeng bisa bikin anak-anak jadi lebih optimis dan happy. Siapa sih yang nggak mau anak-anaknya ceria terus?

Penelitian Eka Cahya

Terakhir, Eka Cahya Maulidiyah membagikan tips jitu dari TK Al-Hikmah. Dalam penelitian dia menjelaskan keterkaitan antara mendongeng dengan kemampuan matematika anak. Mau anak jago matematika? Coba dongeng 7-15 menit, menggunakan kata-kata yang mudah, intonasi yang pas, dan kalau bisa, tambahkan sedikit “sihir” dengan alat peraga yang menarik. Siapa tahu, Einstein cilik akan lahir dari sana!
Nah, teman-teman, itulah kisah-kisah ajaib dari dunia cerita dan dongeng. Ternyata, di balik “Pada zaman dahulu kala…” ada kekuatan besar yang bisa mengubah masa depan anak-anak kita. Jadi, sudah siap untuk jadi penyihir cerita di rumah? Yuk, mulai petualangan cerita kita hari ini!

Biarkan suaramu menjadi pesawat ajaib yang membawa si kecil terbang ke dunia penuh wawasan. Siapa tahu, dari sana akan lahir penulis hebat, pemimpin bijak, atau mungkin… pendongeng cilik yang akan meneruskan tradisi ini ke generasi selanjutnya.

Gimana? Seru kan dunia cerita itu? Yuk, mulai dari sekarang, bikin setiap hari-hari kita menjadi cerita yang menarik! Ingat, setiap “Dongeng selesai…” adalah awal dari petualangan baru dalam tumbuh kembang si kecil. 

Best Dating Sites
Platform Pengiriman Pesan Instan
Platform Sosial Media

Top Profiles
Siska Media di TikTok
10.0/10
Siska Media di TikTok
Channel Siska Media di Youtube
10.0/10
Channel Siska Media di Youtube